Minggu, 06 Februari 2011

INDONESIA Q

Banggaku pada Garuda.. Indonesia Raya

Menang atau kalah, tidaklah penting. Agregat? Apalah itu. Bukan itu yang pantas kita lihat, namun.. coba Rasakan SEMANGAT pemain TIMNAS.. Perjuangan mereka, tanpa kenal lelah, tanpa peduli berapa pun hasilnya kelak.. Garuda DidadakuGaruda Kebangganku… INDONESIA..
Walapun sempat kecewa dengan kekalahan atas Malaysia 3-0 di Kandang mereka,, namun hasil pertandingan terakhir di Gelora Bung Karno menutupi itu semua.
Lihat dengan baik, perjuangan di awal, tekanan dan rebutan bola yang.. penuh dengan semangat. Lihat juga bangganya para supporter, tak memperhatikan agregat.
Ahh, entah kenapa senandung ini jadi begitu terasa… Jujur saya Bangga,,
Garuda di Dadaku, Garuda Kebangganku.. Kuyakin Hari ini pasti Menang…
Kobarkan semangatmu, Tunjukkan Sportivitasmu.. Kuyakin hari ini Pasti Menang
Teruslah berlatih, Tunjukkan bahwa Garuda bisa Terbang bebas ke Kancah DUNIA!!!
Jadikan Kita Bangga INDONESIA..

BENCANA ALAM

Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas manusia. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka[1]. Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan: “bencana muncul bilaBencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas manusia. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka[1]. Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan: “bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan”. Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya tidak akan menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya gempa bumi di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah “alam” juga ditentang karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa keterlibatan manusia. Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia.


Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard) serta memiliki kerentanan/kerawanan (vulnerability) yang juga tinggi tidak akan memberi dampak yang hebat/luas jika manusia yang berada disana memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan bencana merupakan valuasi kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-tantangan serius yang hadir. Dengan demikian meskipun daerah tersebut rawan bencana dengan jumlah penduduk yang besar jika diimbangi dengan ketetahanan terhadap bencana yang cukup.










Para ilmuwan Australia melakukan analisa di Asia-Pasifik tentang kemungkinan akan terjadi  gempa bumi, badai tropis, tsunami dan letusan gunung berapi, dan memperkirakan jumlah korban yang luka dan meninggal; hasilnya ditemukan metropolitan yang terletak di wilayah lereng gunung Himalaya, China, Indonesia dan Filipina berpotensi menimbulkan korban kematian lebih dari satu juta orang; di Indonesia rata-rata setiap 10 tahun, Filipina setiap puluhan tahun mungkin akan terjadi letusan gunung berapi yang akan berdampak pada beberapa ratus ribu orang. Pada daerah yang lokasinya rendah seperti  Bangladesh dan lainnya, diperkirakan akan porak poranda akibat terjadi  tsunami, banjir bandang dan badai tropis.


Laporan yang berdasarkan analisa dari data bencana alam 400 tahun yang lalu digunakan untuk memperkirakan kemungkinan terjadinya bencana alam pada masa depan. Laporan tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk, perubahan iklim dan kekurangan makanan akan mengakibatkan kerusakan lebih besar akibat bencana alam. Studi tersebut mengatakan akan menelan korban lebih dari 10.000 orang akibat bencana alam, sangat mungkin akan terjadi beberapa kali setiap 10 tahun, selain itu juga mungkin akan terjadi bencana alam skala besar yang berdampak pada lebih dari 1.000.000 orang.

Para ilmuwan Australia melakukan analisa di Asia-Pasifik tentang kemungkinan akan terjadi  gempa bumi, badai tropis, tsunami dan letusan gunung berapi, dan memperkirakan jumlah korban yang luka dan meninggal; hasilnya ditemukan metropolitan yang terletak di wilayah lereng gunung Himalaya, China, Indonesia dan Filipina berpotensi menimbulkan korban kematian lebih dari satu juta orang; di Indonesia rata-rata setiap 10 tahun, Filipina setiap puluhan tahun mungkin akan terjadi letusan gunung berapi yang akan berdampak pada beberapa ratus ribu orang. Pada daerah yang lokasinya rendah seperti  Bangladesh dan lainnya, diperkirakan akan porak poranda akibat terjadi  tsunami, banjir bandang dan badai tropis.
Laporan yang berdasarkan analisa dari data bencana alam 400 tahun yang lalu digunakan untuk memperkirakan kemungkinan terjadinya bencana alam pada masa depan. Laporan tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk, perubahan iklim dan kekurangan makanan akan mengakibatkan kerusakan lebih besar akibat bencana alam. Studi tersebut mengatakan akan menelan korban lebih dari 10.000 orang akibat bencana alam, sangat mungkin akan terjadi beberapa kali setiap 10 tahun, selain itu juga mungkin akan terjadi bencana alam skala besar yang berdampak pada lebih dari 1.000.000 orang.
Ilmuwan Simpson dari Geosains Australia memaparkan bahwa pertumbuhan penduduk adalah penyebab utama hancurnya kawasan Asia-Pasifik akibat bencana alam,  karena begitu populasi bertambah, orang mulai menetap pada daerah-daerah yang sebelumnya tidak ditinggali, seperti lereng curam yang rawan longsor, di pinggir sungai atau pantai yang setiap beberapa tahun akan mengalami  banjir.
Dari laporan peneliti Australia tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa bencana alam silih berganti datang, tidak mengenal tempat dan waktu. Oleh karena itu kita harus mempunyai langkah antisipatif, menghadapi segala kemungkinan yang terjadi. Seperti pepatah sedia payung sebelum hujan, bahkan ketika pakai payung-pun terkadang masih kehujanan.
Hanya Tuhan yang tahu, dan hanya kepada-Nyalah kami kembali.

Ilmuwan Simpson dari Geosains Australia memaparkan bahwa pertumbuhan penduduk adalah penyebab utama hancurnya kawasan Asia-Pasifik akibat bencana alam,  karena begitu populasi bertambah, orang mulai menetap pada daerah-daerah yang sebelumnya tidak ditinggali, seperti lereng curam yang rawan longsor, di pinggir sungai atau pantai yang setiap beberapa tahun akan mengalami  banjir.


Dari laporan peneliti Australia tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa bencana alam silih berganti datang, tidak mengenal tempat dan waktu. Oleh karena itu kita harus mempunyai langkah antisipatif, menghadapi segala kemungkinan yang terjadi. Seperti pepatah sedia payung sebelum hujan, bahkan ketika pakai payung-pun terkadang masih kehujanan.


Hanya Tuhan yang tahu, dan hanya kepada-Nyalah kami kembali.Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas manusia. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka[1]. Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan: “bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan”. Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya tidak akan menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya gempa bumi di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah “alam” juga ditentang karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa keterlibatan manusia. Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulPara ilmuwan Australia melakukan analisa di Asia-Pasifik tentang kemungkinan akan terjadi  gempa bumi, badai tropis, tsunami dan letusan gunung berapi, dan memperkirakan jumlah korban yang luka dan meninggal; hasilnya ditemukan metropolitan yang terletak di wilayah lereng gunung Himalaya, China, Indonesia dan Filipina berpotensi menimbulkan korban kematian lebih dari satu juta orang; di Indonesia rata-rata setiap 10 tahun, Filipina setiap puluhan tahun mungkin akan terjadi letusan gunung berapi yang akan berdampak pada beberapa ratus ribu orang. Pada daerah yang lokasinya rendah seperti  Bangladesh dan lainnya, diperkirakan akan porak poranda akibat terjadi  tsunami, banjir bandang dan badai tropis.
Laporan yang berdasarkan analisa dari data bencana alam 400 tahun yang lalu digunakan untuk memperkirakan kemungkinan terjadinya bencana alam pada masa depan. Laporan tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk, perubahan iklim dan kekurangan makanan akan mengakibatkan kerusakan lebih besar akibat bencana alam. Studi tersebut mengatakan akan menelan korban lebih dari 10.000 orang akibat bencana alam, sangat mungkin akan terjadi beberapa kali setiap 10 tahun, selain itu juga mungkin akan terjadi bencana alam skala besar yang berdampak pada lebih dari 1.000.000 orang.
Ilmuwan Simpson dari Geosains Australia memaparkan bahwa pertumbuhan penduduk adalah penyebab utama hancurnya kawasan Asia-Pasifik akibat bencana alam,  karena begitu populasi bertambah, orang mulai menetap pada daerah-daerah yang sebelumnya tidak ditinggali, seperti lereng curam yang rawan longsor, di pinggir sungai atau pantai yang setiap beberapa tahun akan mengalami  banjir.
Dari laporan peneliti Australia tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa bencana alam silih berganti datang, tidak mengenal tempat dan waktu. Oleh karena itu kita harus mempunyai langkah antisipatif, menghadapi segala kemungkinan yang terjadi. Seperti pepatah sedia payung sebelum hujan, bahkan ketika pakai payung-pun terkadang masih kehujanan.
Hanya Tuhan yang tahu, dan hanya kepada-Nyalah kami kembali.ai dari kebakaran, yang mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia.


Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard) serta memiliki kerentanan/kerawanan (vulnerability) yang juga tinggi tidak akan memberi dampak yang hebat/luas jika manusia yang berada disana memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan bencana merupakan valuasi kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-tantangan serius yang hadir. Dengan demikian meskipun daerah tersebut rawan bencana dengan jumlah penduduk yang besar jika diimbangi dengan ketetahanan terhadap bencana yang cukup.










Para ilmuwan Australia melakukan analisa di Asia-Pasifik tentang kemungkinan akan terjadi  gempa bumi, badai tropis, tsunami dan letusan gunung berapi, dan memperkirakan jumlah korban yang luka dan meninggal; hasilnya ditemukan metropolitan yang terletak di wilayah lereng gunung Himalaya, China, Indonesia dan Filipina berpotensi menimbulkan korban kematian lebih dari satu juta orang; di Indonesia rata-rata setiap 10 tahun, Filipina setiap puluhan tahun mungkin akan terjadi letusan gunung berapi yang akan berdampak pada beberapa ratus ribu orang. Pada daerah yang lokasinya rendah seperti  Bangladesh dan lainnya, diperkirakan akan porak poranda akibat terjadi  tsunami, banjir bandang dan badai tropis.


Laporan yang berdasarkan analisa dari data bencana alam 400 tahun yang lalu digunakan untuk memperkirakan kemungkinan terjadinya bencana alam pada masa depan. Laporan tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk, perubahan iklim dan kekurangan makanan akan mengakibatkan kerusakan lebih besar akibat bencana alam. Studi tersebut mengatakan akan menelan korban lebih dari 10.000 orang akibat bencana alam, sangat mungkin akan terjadi beberapa kali setiap 10 tahun, selain itu juga mungkin akan terjadi bencana alam skala besar yang berdampak pada lebih dari 1.000.000 orang.


Ilmuwan Simpson dari Geosains Australia memaparkan bahwa pertumbuhan penduduk adalah penyebab utama hancurnya kawasan Asia-Pasifik akibat bencana alam,  karena begitu populasi bertambah, orang mulai menetap pada daerah-daerah yang sebelumnya tidak ditinggali, seperti lereng curam yang rawan longsor, di pinggir sungai atau pantai yang setiap beberapa tahun akan mengalami  banjir.


Dari laporan peneliti Australia tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa bencana alam silih berganti datang, tidak mengenal tempat dan waktu. Oleh karena itu kita harus mempunyai langkah antisipatif, menghadapi segala kemungkinan yang terjadi. Seperti pepatah sedia payung sebelum hujan, bahkan ketika pakai payung-pun terkadang masih kehujanan.


Hanya Tuhan yang tahu, dan hanya kepada-Nyalah kami kembali. ancaman bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan”. Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya tidak akan menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya gempa bumi di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah “alam” juga ditentang karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa keterlibatan manusia. Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia.
Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard) serta memiliki kerentanan/kerawanan (vulnerability) yang juga tinggi tidak akan memberi dampak yang hebat/luas jika manusia yang berada disana memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan bencana merupakan valuasi kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-tantangan serius yang hadir. Dengan demikian meskipun daerah tersebut rawan bencana dengan jumlah penduduk yang besar jika diimbangi dengan ketetahanan terhadap bencana yang cukup.
kebakaran


Para ilmuwan Australia melakukan analisa di Asia-Pasifik tentang kemungkinan akan terjadi  gempa bumi, badai tropis, tsunami dan letusan gunung berapi, dan memperkirakan jumlah korban yang luka dan meninggal; hasilnya ditemukan metropolitan yang terletak di wilayah lereng gunung Himalaya, China, Indonesia dan Filipina berpotensi menimbulkan korban kematian lebih dari satu juta orang; di Indonesia rata-rata setiap 10 tahun, Filipina setiap puluhan tahun mungkin akan terjadi letusan gunung berapi yang akan berdampak pada beberapa ratus ribu orang. Pada daerah yang lokasinya rendah seperti  Bangladesh dan lainnya, diperkirakan akan porak poranda akibat terjadi  tsunami, banjir bandang dan badai tropis.
Laporan yang berdasarkan analisa dari data bencana alam 400 tahun yang lalu digunakan untuk memperkirakan kemungkinan terjadinya bencana alam pada masa depan. Laporan tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk, perubahan iklim dan kekurangan makanan akan mengakibatkan kerusakan lebih besar akibat bencana alam. Studi tersebut mengatakan akan menelan korban lebih dari 10.000 orang akibat bencana alam, sangat mungkin akan terjadi beberapa kali setiap 10 tahun, selain itu juga mungkin akan terjadi bencana alam skala besar yang berdampak pada lebih dari 1.000.000 orang.
Ilmuwan Simpson dari Geosains Australia memaparkan bahwa pertumbuhan penduduk adalah penyebab utama hancurnya kawasan Asia-Pasifik akibat bencana alam,  karena begitu populasi bertambah, orang mulai menetap pada daerah-daerah yang sebelumnya tidak ditinggali, seperti lereng curam yang rawan longsor, di pinggir sungai atau pantai yang setiap beberapa tahun akan mengalami  banjir.
Dari laporan peneliti Australia tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa bencana alam silih berganti datang, tidak mengenal tempat dan waktu. Oleh karena itu kita harus mempunyai langkah antisipatif, menghadapi segala kemungkinan yang terjadi. Seperti pepatah sedia payung sebelum hujan, bahkan ketika pakai payung-pun terkadang masih kehujanan.
Hanya Tuhan yang tahu, dan hanya kepada-Nyalah kami kembali.

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MH


Apakah kalian pernah mengamati perubahan tinggi badanmu atau adikmu yang masih kecil? Adakah perbedaannya dari waktu ke waktu?

Manusia dan juga mahluk hidup yang lainnya mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Perubahan pada ukuran tubuh bersifat ireversibel (tidak dapat kembali seperti semula). Bertambahnya ukuran tubuh inilah yang disebut dengan pertumbuhan. Ukuran tubuh meliputi tinggi, berat, dan volume. Pertumbuhan pada makhluk bersel satu ditandai dengan bertambahnya ukuran sel. Sedangkan pada makhluk bersel banyak, pertumbuhan ditandai dengan bertambahnya ukuran dan jumlah sel. Pertumbuhan pada manusia dan hewan ada batasnya. Setelah mencapai usia tertentu, manusia dan hewan tidak tumbuh lagi. Sedangkan tumbuhan hampir selalu tumbuh sepanjang hidupnya. Pertumbuhan diikuti dengan proses perkembangan, yaitu proses biologis makhluk hidup menuju tingkat kedewasaan atau kesempurnaan. Contoh perkembangan adalah perubahan susunan dan fungsi organ-organ tubuh.

Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua proses yang berjalan sejajar dan berdampingan. Jadi proses pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Setiap makhluk hidup mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan. Misalnya yang terjadi pada diri kita, kalau diamati keadaan ketika bayi sangat berbeda dengan keadaan saat ini.

INDONESIA vs MALAYSIA



Indonesia vs Malaysia di Stadion Bukit Jalil Kuala Lumpur Malaysia. Timnas Indonesia dikalahkan Timnas Malaysia 0 : 3 dalam Final 1 Piala AFF tahun 2010 ini.

26 Desember 2010 pertandingan final AFF 1, menunjukkan bahwa Timnas Indonesia masih harus banyak belajar. Terlebih sebelum masuk final ini, di Indonesia terlalu berlebihan memuji dan memuja Timnas yang sebetulnya belum mencapai puncaknya, namun terlalu berlebihan mengagungkannya. Semoga ini menjadi pelajaran bagi semuanya.

Menjelang final ke 2 sebaiknya tidak ada yang saling menyalahkan, namun mendukung dengan do'a. Jangan ada komentar yang hanya mencari kesalahan-kesalahan. Yang paling utama kurangi puja dan puji sebelum mencapai puncaknya.

Untuk Timnas :
1. Tetap semangat
2. Jangan putus asa
3. Dengarkan saja instruksi dari pelatih
4. Jangan dengar komentar-komentar yang merasa ahli
5. Terus berlatih
6. Siapkan final ke 2

Semoga yang terbaik bagi Timnas Indonesia

SEJARAH INTERNET


Pada akhir tahun 1960, US. Department of Defense Advanced Research Projects Administration (ARPA/DARPA) mendanai percobaan dan riset tentang jaringan komputer secara luas yang saling menghubungkan antar hampir semua organisasi di Amerika yang akhirnya dikenal dengan sebutan ARPAnet. Hasil dari riset tersebut email (electronic-mail) mulai digunakan.
Pada awal tahun 1980 protokol TCP/IP (Transmission Control Protocol/Internet Protocol) mulai dikenalkan dan akhirnya menjadi protokol standar dalam struktur jaringan ARPAnet. Jaringan ARPAnet berkembang pesat jumlahnya menjadi ribuan host dan masih menggunakan standar protokol TCP/IP, dan akhirnya jaringan tersebut Pada akhir tahun 1960, US. Department of Defense Advanced Research Projects Administration (ARPA/DARPA) mendanai percobaan dan riset tentang jaringan komputer secara luas yang saling menghubungkan antar hampir semua organisasi di Amerika yang akhirnya dikenal dengan sebutan ARPAnet. Hasil dari riset tersebut email (electronic-mail) mulai digunakan.
Pada awal tahun 1980 protokol TCP/IP (Transmission Control Protocol/Internet Protocol) mulai dikenalkan dan akhirnya menjadi protokol standar dalam struktur jaringan ARPAnet. Jaringan ARPAnet berkembang pesat jumlahnya menjadi ribuan host dan masih menggunakan standar protokol TCP/IP, dan akhirnya jaringan tersebut dikenal dengan internet.
Pada tahun 1988, DARPA digantikan oleh National Science Foundation (NSF) dalam pendanaan riset diikuti dengan penggantian dari ARPAnet menjadi NSFnet sebagai tulang punggung (backbone) jaringan internet. Kemudian pada musim semi tahun 1995, backbone internet melakukan transisi dari NSFnet (yang didanai oleh publik) ke beberapa backbone komersil, dimana memungkinkan interknoneksi antar jaringan bisa menjadi lebih jauh jaraknya. Penyedia backbone komersil tersebut diantaranya adalah MCI dan Sprint serta pemain lama seperti UUNet dan PSINet.
Sejarah DNS

Pada tahun 1970an jaringan ARPAnet hanya terdiri dari beberapa ratus host saja. Pada waktu itu, sebuah file HOSTS.TXT yang berisi tentang semua informasi host-hosts tersebut masih bisa melayani setiap permintaan query dan menerjemahkan nama ke alamat IP (name-to-address-mapping).Pada sistem operasi berbasis UNIX, file /etc/hosts merupakan hasil dari pengolahan file HOSTS.TXT tersebut. File HOSTS.TXT pada waktu itu dikelola oleh Stanford Research Insitute Network Information Center (SRI-NIC) di Menlo Park, California. File tersebut tersebut didistribusikan ke semua host dan penggunanya hanya dengan menggunakan satu buah host (mesin/komputer) saja. Petugas administrasi dari ARPAnetbiasanya mengirimkan email kepada SRI-NIC tentang perubahan (termasuk penambahan maupun pengurangan) tentang informasi suatu host, dan dalam periode tertentu, mereka melakukan transfer file HOSTS.TXT yang paling baru (biasanya diperbaharui sekali dalam seminggu) dengan menggunakan protokol ftp. Seiring dengan berkembangnya jaringan ARPAnetdan penggunaan protokol TCP/IP, ukuran dari file HOSTS.TXT menjadi besar dengan bertambahnya jumlah host yang bergabung dengan jaringan ARPAnet. Kemudian timbul beberapa masalah dengan penggunaan file HOSTS.TXT ini, misalnya :
Trafik dan Beban (Traffic and load)
Beban mesin dan trafik (bandwith) di SRI-NIC dalam mendistribusikan file menjadi lebih berat dan besar
Penamaan yang saling bentrok (name collisions)
Pada file HOSTS.TXT tidak diperkenankan adanya dua buah nama host yang sama. Namun pada prakteknya, tidak ada cara untuk mencegah seseorang untuk menambahkan nama yang sama sehingga kemungkinan bisa menjadi bentrok dan pada akhirnya merusak skema yang telah ada
Keaslian (consistency)
Mengelola keaslian dan keutuhan sebuah file antar beberapa jaringan yang sedang berkembang pesat merupakan sesuatu hal yang sulit dilakukan
Berangkat dari masalah-masalah tersebut diatas, ARPAnet membentuk suatu sistem alternatif pengganti dari sistem lama yang menggunakan file HOSTS.TXT. Tujuannya adalah untuk memecahkan masalah dalam pengelolaan tabel host yang sangat beraneka ragam dan masih menggunakan metode sentralisasi. Pada sistem yang baru, seorang sistem administrator memungkinkan untuk mengelola data secara loka, namun akan selalu update secara global di internet. Sistem yang menggunakan metode desentralisasi ini diharapkan akan mengurangi beban dan trafik, serta pengelolaan data dan proses update dari sebuah informasi akan menjadi lebih mudah.
Paul Mockapertis dari University of Southern California Information Science Institute di Marina del Rey, California, dipilih sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap rancangan, desain, arsitektur dan implementasi dari sistem pengelolaan data host yang baru. Pada tahun 1984 beliau merilis RFC (Request For Comment) 882 dan RFC 883 yang menjelaskan tentang Domain Name System (DNS). Kemudian disusul dengan RFC 1034 dan RFC 1035 yang juga menambahkan tentang masalah kemanan DNS, penerapan (implementasi), pengelolaan (adminstrative),mekanisme pembaharuan data secara dinamis, serta kemanan data dalam sebuah domain dan lain-lainnya.
Internet di mulai pada tahun 1969 di departeman pertahanan AMERICA,US Pada akhir tahun 1960, US. Department of Defense Advanced Research Projects Administration (ARPA/DARPA) mendanai percobaan dan riset tentang jaringan komputer secara luas yang saling menghubungkan antar hampir semua organisasi di Amerika yang akhirnya dikenal dengan sebutan ARPAnet. Hasil dari riset tersebut email (electronic-mail) mulai digunakan.
Pada awal tahun 1980 protokol TCP/IP (Transmission Control Protocol/Internet Protocol) mulai dikenalkan dan akhirnya menjadi protokol standar dalam struktur jaringan ARPAnet. Jaringan ARPAnet berkembang pesat jumlahnya menjadi ribuan host dan masih menggunakan standar protokol TCP/IP, dan akhirnya jaringan tersebut dikenal dengan internet.
Pada tahun 1988, DARPA digantikan oleh National Science Foundation (NSF) dalam pendanaan riset diikuti dengan penggantian dari ARPAnet menjadi NSFnet sebagai tulang punggung (backbone) jaringan internet. Kemudian pada musim semi tahun 1995, backbone internet melakukan transisi dari NSFnet (yang didanai oleh publik) ke beberapa backbone komersil, dimana memungkinkan interknoneksi antar jaringan bisa menjadi lebih jauh jaraknya. Penyedia backbone komersil tersebut diantaranya adalah MCI dan Sprint serta pemain lama seperti UUNet dan PSINet.
Sejarah DNS

Pada tahun 1970an jaringan ARPAnet hanya terdiri dari beberapa ratus host saja. Pada waktu itu, sebuah file HOSTS.TXT yang berisi tentang semua informasi host-hosts tersebut masih bisa melayani setiap permintaan query dan menerjemahkan nama ke alamat IP (name-to-address-mapping).Pada sistem operasi berbasis UNIX, file /etc/hosts merupakan hasil dari pengolahan file HOSTS.TXT tersebut. File HOSTS.TXT pada waktu itu dikelola oleh Stanford Research Insitute Network Information Center (SRI-NIC) di Menlo Park, California. File tersebut tersebut didistribusikan ke semua host dan penggunanya hanya dengan menggunakan satu buah host (mesin/komputer) saja. Petugas administrasi dari ARPAnetbiasanya mengirimkan email kepada SRI-NIC tentang perubahan (termasuk penambahan maupun pengurangan) tentang informasi suatu host, dan dalam periode tertentu, mereka melakukan transfer file HOSTS.TXT yang paling baru (biasanya diperbaharui sekali dalam seminggu) dengan menggunakan protokol ftp. Seiring dengan berkembangnya jaringan ARPAnetdan penggunaan protokol TCP/IP, ukuran dari file HOSTS.TXT menjadi besar dengan bertambahnya jumlah host yang bergabung dengan jaringan ARPAnet. Kemudian timbul beberapa masalah dengan penggunaan file HOSTS.TXT ini, misalnya :
Trafik dan Beban (Traffic and load)
Beban mesin dan trafik (bandwith) di SRI-NIC dalam mendistribusikan file menjadi lebih berat dan besar
Penamaan yang saling bentrok (name collisions)
Pada file HOSTS.TXT tidak diperkenankan adanya dua buah nama host yang sama. Namun pada prakteknya, tidak ada cara untuk mencegah seseorang untuk menambahkan nama yang sama sehingga kemungkinan bisa menjadi bentrok dan pada akhirnya merusak skema yang telah ada
Keaslian (consistency)
Mengelola keaslian dan keutuhan sebuah file antar beberapa jaringan yang sedang berkembang pesat merupakan sesuatu hal yang sulit dilakukan
Berangkat dari masalah-masalah tersebut diatas, ARPAnet membentuk suatu sistem alternatif pengganti dari sistem lama yang menggunakan file HOSTS.TXT. Tujuannya adalah untuk memecahkan masalah dalam pengelolaan tabel host yang sangat beraneka ragam dan masih menggunakan metode sentralisasi. Pada sistem yang baru, seorang sistem administrator memungkinkan untuk mengelola data secara loka, namun akan selalu update secara global di internet. Sistem yang menggunakan metode desentralisasi ini diharapkan akan mengurangi beban dan trafik, serta pengelolaan data dan proses update dari sebuah informasi akan menjadi lebih mudah.
Paul Mockapertis dari University of Southern California Information Science Institute di Marina del Rey, California, dipilih sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap rancangan, desain, arsitektur dan implementasi dari sistem pengelolaan data host yang baru. Pada tahun 1984 beliau merilis RFC (Request For Comment) 882 dan RFC 883 yang menjelaskan tentang Domain Name System (DNS). Kemudian disusul dengan RFC 1034 dan RFC 1035 yang juga menambahkan tentang masalah kemanan DNS, penerapan (implementasi), pengelolaan (adminstrative),mekanisme pembaharuan data secara dinamis, serta kemanan data dalam sebuah domain dan lain-lainnya.
Internet di mulai pada tahun 1969 di departeman pertahanan AMERICA,US dikenal dengan internet.
Pada tahun 1988, DARPA digantikan oleh National Science Foundation (NSF) dalam pendanaan riset diikuti dengan penggantian dari ARPAnet menjadi NSFnet sebagai tulang punggung (backbone) jaringan internet. Kemudian pada musim semi tahun 1995, backbone internet melakukan transisi dari NSFnet (yang didanai oleh publik) ke beberapa backbone komersil, dimana memungkinkan interknoneksi antar jaringan bisa menjadi lebih jauh jaraknya. Penyedia backbone komersil tersebut diantaranya adalah MCI dan Sprint serta pemain lama seperti UUNet dan PSINet.
Sejarah DNS

Pada tahun 1970an jaringan ARPAnet hanya terdiri dari beberapa ratus host saja. Pada waktu itu, sebuah file HOSTS.TXT yang berisi tentang semua informasi host-hosts tersebut masih bisa melayani setiap permintaan query dan menerjemahkan nama ke alamat IP (name-to-address-mapping).Pada sistem operasi berbasis UNIX, file /etc/hosts merupakan hasil dari pengolahan file HOSTS.TXT tersebut. File HOSTS.TXT pada waktu itu dikelola oleh Stanford Research Insitute Network Information Center (SRI-NIC) di Menlo Park, California. File tersebut tersebut didistribusikan ke semua host dan penggunanya hanya dengan menggunakan satu buah host (mesin/komputer) saja. Petugas administrasi dari ARPAnetbiasanya mengirimkan email kepada SRI-NIC tentang perubahan (termasuk penambahan maupun pengurangan) tentang informasi suatu host, dan dalam periode tertentu, mereka melakukan transfer file HOSTS.TXT yang paling baru (biasanya diperbaharui sekali dalam seminggu) dengan menggunakan protokol ftp. Seiring dengan berkembangnya jaringan ARPAnetdan penggunaan protokol TCP/IP, ukuran dari file HOSTS.TXT menjadi besar dengan bertambahnya jumlah host yang bergabung dengan jaringan ARPAnet. Kemudian timbul beberapa masalah dengan penggunaan file HOSTS.TXT ini, misalnya :
Trafik dan Beban (Traffic and load)
Beban mesin dan trafik (bandwith) di SRI-NIC dalam mendistribusikan file menjadi lebih berat dan besar
Penamaan yang saling bentrok (name collisions)
Pada file HOSTS.TXT tidak diperkenankan adanya dua buah nama host yang sama. Namun pada prakteknya, tidak ada cara untuk mencegah seseorang untuk menambahkan nama yang sama sehingga kemungkinan bisa menjadi bentrok dan pada akhirnya merusak skema yang telah ada
Keaslian (consistency)
Mengelola keaslian dan keutuhan sebuah file antar beberapa jaringan yang sedang berkembang pesat merupakan sesuatu hal yang sulit dilakukan
Berangkat dari masalah-masalah tersebut diatas, ARPAnet membentuk suatu sistem alternatif pengganti dari sistem lama yang menggunakan file HOSTS.TXT. Tujuannya adalah untuk memecahkan masalah dalam pengelolaan tabel host yang sangat beraneka ragam dan masih menggunakan metode sentralisasi. Pada sistem yang baru, seorang sistem administrator memungkinkan untuk mengelola data secara loka, namun akan selalu update secara global di internet. Sistem yang menggunakan metode desentralisasi ini diharapkan akan mengurangi beban dan trafik, serta pengelolaan data dan proses update dari sebuah informasi akan menjadi lebih mudah.
Paul Mockapertis dari University of Southern California Information Science Institute di Marina del Rey, California, dipilih sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap rancangan, desain, arsitektur dan implementasi dari sistem pengelolaan data host yang baru. Pada tahun 1984 beliau merilis RFC (Request For Comment) 882 dan RFC 883 yang menjelaskan tentang Domain Name System (DNS). Kemudian disusul dengan RFC 1034 dan RFC 1035 yang juga menambahkan tentang masalah kemanan DNS, penerapan (implementasi), pengelolaan (adminstrative),mekanisme pembaharuan data secara dinamis, serta kemanan data dalam sebuah domain dan lain-lainnya.